Minggu, 03 Agustus 2008

Ikhlas menikahi guru


Adakah yang ikhlas menikahi guru Honorer

Hei maneh teh ulah baong bising engke dinikahken jeng guru, ujar seorang guru . Ituah kata-kata yang masih terngiang di telinga saya ketika guru saya bercerita tentang kehidupan guru didesanya. Arti perkataan guru saya dalam bahasa indonesia ialah hai kamu jangan bandel nanti kamu dinikahkan sama guru.

Dulu, guruku melanjutkan cerita, saat saya masih kecil, saya mendengar ucapan itu dari seorang bapak yang marah kepada anaknya karena anak itu susah diatur dan terlampau bandel. Hal itu dilakukan agar anak itu takut dan tidak mau melakukan kesalahan lagi karena seorang guru dianggap hina. Paradigma itu muncul dikarenakan gaji guru yang pas-pasan, tidak cukup untuk menafkahi keluarga bahkan dirinya sendiri.

Ironis, memang itulah kenyataanya yang terjadi di daerah guruku. Hampir tidak ada orang yang ikhlas menikahi seorang guru, kebanyakan dari mereka lebih memilih seorang pengusaha walaupun mereka hanya lulusan SD karena merasa pengusaha bisa lebih memberikan nafkah daripada seorang guru.

Memang lain dulu lain sekarang, cerita yang diceritakan oleh guru saya terjadi di masa lalu, sekarang semua orang orang berebut menjadi guru PNS, jalan apapun akan dilakukan untuk menjadi seorang guru PNS karena gajih guru PNS sangat besar. Mereka rela memberikan uang puluhan juta asalkan diterima menjadi guru PNS.

Tapi bagaimana nasib guru-guru honorer , guru yang mendapatkan gajih pas-pasan seperti cerita guru saya diatas. Mereka tidak bisa konsentasi 100% dalam mengajar karena harus memikirkan kehidupan dirinya. Mereka biasanya melakukan pekerjaan lain seusai mengajar demi mendapatkan penghasilan yang besar agar dapat ikhlas dinikahi walaupun susah didapat.

Apa yang terjadi dengan bangsa ini? Bagaimanakah nasib seorang guru yang telah membangun bangsa ini dengan mencerdaskan setiap anak didiknya? Dimana peran pemerintah dalam menanggulangi masalah ini?

Pemerintah seharusnya memikirkan hal ini lebih mendalam tentang kesejahteraan guru sehingga guru bisa dengan mudah mendapatkan keluarga yang ia idamkan. Pemerintah harus berkaca terhadap kesejahteraan guru di Jepang. Di Negara sakura itu, guru dianggap memiliki derajat yang sangat tinggi, kita wajib menghormati guru dimanapun ia berada, tidak hanya di dalam kelas, sehingga tidak heran jikalau jepang sangat maju dibandingkan Negara-negara lain. Jepang sangat faham mengenai peranan penting seorang guru.

Ketika Hiroshima dan Nagasaki diluluhlantakan, banyak sekali penduduk jepang yang meninggal dunia dan sistem pemerintahan jepang kacau balau. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah jepang tidak memanggil tentara yang masih hidup untuk balas dendam atau memikirkan asset Negara yang masih ada, tetapi mereka lebih memikirkan berapa banyak guru yang masih hidup di jepang untuk bisa membangun kembali jepang.

Hikamah yang didapat dari kisah tentang jepang ini ialah kita harus menghargai guru karena guru ialah orang yang bisa memajukan bangsa dari keterpurukan. Salah satu caranya ialah Pemerintah harus menaikan derajat guru di mata masyarakat sehingga banyak orang ingin menikahi guru honorer dengan ikhlas daripada seorang pengusaha bahkan seorang mentri sekalipun walaupun gajih guru jauh dibawahnya.

Hidup guru honorer

Tidak ada komentar: