Senin, 21 Juli 2008

Inti sari


“Aisha, aku minta maaf
Aku salah, karena selama ini aku belum ikhlas menerima ini semua
Aku tidak ikhlas menerima keadaanmu yang lebih kaya dari diriku”
(Fachri on “Ayat2cinta the movie”)
Yah, kurang lebih demikianh fahri mengucapkan kalimat tersebut kepada Aisha, setelah sekian waktu Aisha meminta izin kepada Fahri untuk merenung sejenak ke rumah Pamannya karena cemburu dengan Maria, sang istri kedua.
Setelah saya coba merenungi pengalaman saya berumah tangga dimasa lalu, mungkin itu pula yang membuat ketidakharmonisan sebuah rumah tangga. Yaitu masalah keikhlasan. Dimana antara suami seringkali tidak ikhlas melakukan perannya sebagai suami. Atau sebaliknya sang istri tidak ikhlas melakukan perannya sebagai istri.
Seperti yang dialami Fahri, ternyata memang benar tidak semua pria bisa ikhlas menerima keadaan istri yang lebih kaya, lebih menawan atau lebih berpendidikan dari suaminya. Hal ini lah yang kemudian membuat sang suami acapkali menjadi besar kepala, egoisme dan berusaha membesar-besarkan dirinya sendiri agar tidak diremehkan atau dipermalukan. Jika hal ini tidak dilandasi dengan keikhlasan menerima keadaan apa adanya, seringkali akhirnya melahirkan sensitif berlebihan yang berbuah kepada amarah, cepat tersinggung dan menjadi minder yang luar biasa.
Ataukah ketika kita sedang mengalami kekurangan. Harta yang pas-pasan dan keadaan yang tidak mencerahkan. Hutang yang banyak. Seringkali kita mudah mengeluh. Lupa ikhlas menerima bahwa keadaan seperti merupakan kehendakNya. Namun bukan berarti kita berpasrah ria begitu saja melainkan juga diiringi usaha senantiasa sebagai wujud ikhtiar kita. Jika memang keadaan masih demikian adanya, maka bersabarlah. Mungkin ini yang terbaik buat diri kita. Bisa jadi keadaan demikian menjadikan kita semakin kita dekat kepada Allah dan sering bermunajah kepadaNya.
Selain itu, kita mungkin bisa saja sanggup ikhlas untuk menerima keadaan kita yang sedang kekurangan, namun apakah kita juga bisa ikhlas menerima keadaan kita ketika kita sedang kelebihan?
Tatkala keadaan kita sudah lebih baik, harta semakin banyak, seringkali kita tidak ikhlas menerima kenyataan tersebut. Hal ini ditandai dengan tidak adanya peningkatan infaq keseharian kita. Atau membuat kita semakin memunculkan ego kita di dalam keluarga.
Tak jarang dalam keluarga yang kaya malah keharmonisan tidak terasa. Karena semakin keluarga itu kaya, maka yang terjadi pada para suami, akan berusaha berlomba-lomba untuk lebih kaya lagi, tidak puas diri dan menjadi tamak karena ketakutan hartanya akan musnah dan tidak kaya lagi.
Sang istri kemudian terkadang asyik juga memainkan perannya, bekerja dalam rangka emansipasi wanita atau malah menjadi ibunya para tetangga yang asik berbelanja dan arisan dengan tetanga atau kawan-kawannya sampai-sampai akhirnya menjadi enggan atau bahkan melupakan kewajiban mendidik anak-anak mereka. Sehingga lebih mempercayakan pendidikan anak-anak mereka pada guru privat, pembantu atau guru sekolahnya saja. Padahal pendidikan moral sang anak yang pertama dan utama terletak pada rumah tangga.
Ketika keikhlasan itu sudah hilang, maka yang terjadi adalah sang suami dan sang istri melupakan kewajiban yang sesungguhnya, apakah mereka sebagai suami-istri atau ayah – bunda dari anak-anak mereka.
Sungguh berbahagialah mereka yang dalam keadaan kaya harta namun juga kaya jiwa, sebagaimana dicontohkan oleh Ustman bin Affan atau Abdurrahman bin Auf. Keluarga mereka tetap bahagia. Bahkan Nayla istri ustman tidak pernah mau menikah lagi walaupun telah menjadi janda lantaran rasa sayangnya yang luar biasa kepada Ustrman yang telah mengajarkan arti keikhlasan dalam berumah tangga.
Semoga kita menjadi orang yang ikhlas dalam menjalani kehidupan kita. Karena sesungguhnya tak ada satu orang pun di dunia yang menginginkan hidupnya sengsara. Atau menjadi tidak bahagia karena mendapatkan ujian dunia berupa harta yang melimpah. Satu hal yang utama , bahwa semua kejadian yang telah menimpa kita , semuanya telah tercatat dalam kitab-Nya Lauh-Mahfuz, maka bersabarlah menghadapi ujian ini semua. Semoga kita menjadi pribadi yang sesabar Yusuf sebijak Lukman Hakim setegar Ibrahim sekasih Muhammad Rosul akhir zaman panutan umat


"Semoga Allah SWT menghimpun yang terserak dari keduanya memberkati mereka berdua,
meningkatkan kualitas keturunannya sebagai pembuka pintu rakhmat, sumber ilmu
dan hikmah serta pemberi rasa aman bagi umat."
(Doa Nabi Muhammad SAW, pada pernikahan putrinya Fatimah Az Zahra dengan Ali bin Abi Thalib)

Filosofi dari Sebuah "Ikatan Pernikahan"

UNTUK SUAMI
(Sebuah Syair Renungan Singkat Bagi Laki-laki)
Pernikahan atau perkawinan, Menyingkap tabir rahasia ...
Isteri yang kamu nikahi,
Tidaklah semulia Khadijah,
Tidaklah setaqwa Aisyah,
Pun tidak setabah Fatimah ...
Justru Isteri hanyalah wanita akhir zaman,
Yang punya cita-cita, Menjadi solehah...
Pernikahan ataupun perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama ...
Isteri menjadi tanah, Kamu langit penaungnya,
Isteri ladang tanaman, Kamu pemagarnya,
Isteri kiasan ternakan, Kamu gembalanya,
Isteri adalah murid, Kamu mursyid (pembimbing)-nya,
Isteri bagaikan anak kecil, Kamu tempat bermanjanya ...
Saat Isteri menjadi madu, Kamu teguklah sepuasnya,
Seketika Isteri menjadi racun, Kamulah penawar bisanya,
Seandainya Isteri tulang yang bengkok, ber-hati²lah meluruskannya ...
Pernikahan ataupun perkawinan,
Menginsafkan kita perlunya iman dan taqwa ...
Untuk belajar meniti sabar dan ridho,
Karena memiliki Isteri yang tak sehebat mana,
Justru kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Muhammad Rasulullah atau Isa As,
Pun bukanlah Sayyidina Ali Karamaullahhuwajah,
Cuma suami akhir zaman, yang berusaha menjadi soleh ... Amiiin

UNTUK ISTRI
(Sebuah Syair Renungan Singkat Bagi Wanita)
Pernikahan ataupun perkawinan,
Membuka tabir rahasia,
Suami yang menikahi kamu,
Tidaklah semulia Muhammad, Tidaklah setaqwa Ibrahim,
Pun tidak setabah Isa atau Ayub,
Atau pun segagah Musa, apalagi setampan Yusuf
Justru suamimu hanyalah pria akhir zaman,
Yang punya cita-cita, Membangun keturunan yang soleh ...
Pernikahan ataupun Perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama,
Suami menjadi pelindung, Kamu penghuninya,
Suami adalah Nakoda kapal, Kamu navigatornya,
Suami bagaikan balita yang nakal, Kamulah penuntun kenakalannya,
Saat Suami menjadi Raja, Kamu nikmati anggur singasananya,
Seketika Suami menjadi bisa, Kamulah penawar obatnya,
Seandainya Suami masinis yang lancang, sabarlah memperingatkannya
Pernikahan ataupun Perkawinan,
Mengajarkan kita perlunya iman dan taqwa,
Untuk belajar meniti sabar dan ridho,
Karena memiliki suami yang tak segagah mana,
Justru Kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Khadijah, yang begitu sempurna di dalam menjaga
Pun bukanlah Hajar ataupun Mariam, yang begitu setia dalam sengsara
Cuma wanita akhir zaman, yang berusaha menjadi solehah ... Amiiin


Jumat, 18 Juli 2008

Jalan Illahi


Sabar…sabar…sabar! Itulah kata yang tiap kali aku dengar dan selalu coba untuk mengerti dan terapkannya. Kata itu singkat tapi sangat berat, perih dirasa, dan butuh waktu untuk mengerti serta melaksanakannya. Hanyalah dengan bimbingan dan rahmat dariNya yang mampu buat kita untuk dapat menerima takdir dariNya..” Janganlah kamu bersikap lemah dan jangan kamu bersedih hati, padahal kamulah orang yang paling tinggi derajatnya. Jika kamu orang-orang yang beriman, ”(Q. S. Ali Imron: 139)

Ujian itu seakan datang tanpa permisi, itulah tarbiyah yang indah dariNya. Saat masa-masa puber, itu masa-masa perjuanganku. Saat itu aku sempat dirawat di rumah sakit selama lima minggu karena terkena gejala liver dan thypus, setelah keluar dari rumah sakit aku istirahat dirumah satu bulan. Ujian itu datang lagi menghampiriku, aku harus mengadakan kunjungan lagi kerumah sakit dan bahkan dokter spesialis yang biasa aku datangi karena penyakit asma yang kuderita sudah sampai ke peradangan paru-paru. Akhirnya yang harus kelakukan adalah berobat ke rumah sakit diluar kota, karena bukan hanya pernafasan dada yang terganggu saat itu tapi juga hidung.

Saat itu kehidupan kami hanya mengandalkan dari pensiunan almarhum ayah, juga hasil jualan kue dan nasi yan dilakukan ibu. Saat keadaan sangat mendesak seperti itu apapun dirumah yang dapat dijual maka dijual saja demi untuk menutup biaya pengobatanku, ikhtiar dengan semaksimal dan semampu kami.

Setiap satu bulan sekali aku harus melakukan pemeriksaan keluar kota, tapi ini tidak menyurutkan semangatku untuk tetap berjuang. Kadang dimalam hari, saat nyenyaknya tidur harus terjaga karena dada sudah tak bisa lagi bernafas. Terkadang mau berangkat kesekolah tidak jadi berangkat karena tidak bisa bernafas dan harus dilarikan kerumah sakit.

Subhanallah…
Betapa mahalnya arti nafas bagi kehidupanku, betapa mahalnya arti kesehatan untukku. Saat pikiran ini sadar, sebenarnya yang terjadi bila beban hidup ini kian berat akan menjadi semakin berat saat kita menghadapinya dengan keluh kesah. Merasa hidup kian payah dan masa depan nampak suram. Saat itu terpikir menjadi orang yang sangat malang didunia. Ini juga karena masih minimnya pengetahuan agamaku. Untuk belajar mengaji sering aku tak bisa hadir karena tidak bisa konsentrasi saat penyakit itu kambuh, sholat kadang bisa baik kadang malah bolong-bolong.

Saat sudah kuliah Alhamdulillah kambuhnya penyakit ini tidak sesering biasanya, saat itu kucoba untuk menggali ilmu agama yang dulu tidak dapat kulakukan dengan baik. Setelah itu aku mulai menerapkan ilmu-ilmu yang aku dapatkan, yang paling terasa nyaman adalah saat jiwa kita dekat dengan Allah. Dzikir lisan dan hati yang pertama kulakukan membuatku semakin tenang dan menjadikan penyakitku semakin jarang kambuh, kuterapkan juga qiyamul lail. ”Hai orang-orang yang beriman mintalah pertolongan (kapada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar, ” (Q. S Al-baqoroh:153).

Subhanallah…betapa Allah telah mengatur segalanya dengan sangat indah. Dari semua yang kupelajari, meski masih sedikit tapi kucoba amalkan dan istiqomahkannya. Betapa indahnya saat dekat denganNya. Betapa indah saat bercinta denganNya diujung malamnya. Betapa keinginan ini untuk selalu dekat denganNya. Sang Pemilik hidup, sang pemilik kekuatan dan pemilik segalanya.

“ Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka,
Maka sesunguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar Dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”
(Q. S. Al-Ankabut:2-3)

Kita hanyalah hamba-Nya yang dhoif dan faqir, yang tidak bisa melakukan apapun tanpa kehendak-Nya. Dia yang memiliki kita. Maha suci Allah yang jadikan kepasrahan kepadaNya sebagai kekuatan, rasa butuh padaNya sebagai kekayaan, permohonan padaNya sebagai kemuliaan, rasa rendah diri kapadaNya sebagai ketinggian dan tawakal hanya padaNya sebagai kecukupan.

“dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, ”(Q. S. Qaf: 16). Semoga Allah melimpahkan kepada kita kekuatan untuk mampu memikul sakit dan beratnya melakukan ketaatan, untuk bisa meraih kebaikan dan keringanan diakhirat.

Allah tidak pernah menjanjikan hari-hari kita akan berlalu tanpa sakit, berhias tawa tanpa kesedihan, berselimut senang tanpa kesulitan, terpancari matahari tanpa hujan atau siang tanpa malam. Tapi semua itu Allah janjikan kekuatan untuk kita dalam melaluinya. Jika kita mau, sebenarnya Allah menjanjikan kita kasih sayang yang tak kenal batas dan tak pernah berhenti, dan Allah memberikan pelita agar kita mampu menjalani kehidupan ini. Keselamatan hidup ada pada seberapa mampu kita untuk tetap bertahan, mengawal dan memelihara jiwa kita dalam menempuh hidup untuk tetap berada dijalur Allah. Tetap istiqomah dengan berbagai keadaan dan berusaha untuk melakukan yang terbaik dan benar menurut Allah.

Kita ada di sini. Didetik, menit jam, hari, bulan, dan tahun ini. Mari kita berdo’a, semoga keadaan kita lebih baik dari yang lalu. Mari bersungguh-sungguh, karena hanya di sini kesempatan kita untuk mengukir amal. “ Dunia itu hanya ada tiga hari” nasihat Imam Hasan Al-Bashri. Ia melanjutkan, tiga hari itu adalah: “ Hari kemarin yang sudah berlalu, dan kita tak bisa mengubahnya. Hari esok, yang kita tak tahu apakah kita akan masih memiliki kesempatan didalamnya. Dan hari ini, kesempatan untuk kita melakukan amal shalih. Maka, beramallah sebanyak-banyaknya…”

Subhanallah.Alhamdulillah …Allahu Akbar!
Betapa indahnya saat kita masih diberi kesempatan untuk hidup, menghirup nafas. Dan kesempatan kita untuk memperbaiki diri dan mengejar segala ketertinggalan. Sungguh disetiap yang Allah berikan terkandung hikmah yang teramat besar dan berarti bagi kita yang mampu memikirkannya. Dialah Pemilik Cinta yang sebenarnya, dengan cintaNya kita dapat menatap indahnya fajar.
Ya Allah Bantu aku untuk tetap berada dijalanMu. Ijinkan aku untuk mencintaiMu semampuku, kuatkan kecintaanku. Bimbinglah aku untuk selalu berderap dijalanMu menggapi ridho dan jannahMu bersama hamba-hambaMu yang juga mengagungkanMu…matikanku dalam syahid dijalanMu

Suami teladan


Rasulullah adalah sosok suami teladan. Menginjak umur 25 tahun, Muhammad Rasulullah menikah dengan Khadijah binti Khuwailid. Sejak itu beliau mengarungi kehidupan rumah tangga yang penuh ketentraman. Rasulullah amat menghormati wanita, terlebih istrinya. Beliau bersabda, “Tidaklah orang yang memuliakan wanita kecuali orang yang mulia, tidaklah orang yang menghinakannya kecuali orang yang hina”.

Menghormati istri adalah kewajiban suami. Alquran berkali-kali memerintahkan para suami agar menghormati dan berbuat baik terhadap istri. Perbuatan baik ini tidak terbatas pada berlaku sopan terhadap istri saja, tapi mencakup bersikap sabar ketika menghadapi kemarahan istri sebagai rasa sayang atas kelemahannya.


Rasulullah menyatakan: “Wanita itu diciptakan dari tulang rusuk. Bila kamu luruskan (dengan keras) berarti akan mematahkannya”. Hadis tersebut menunjukkan keteladanan beliau dalam menghormati istrinya, dengan menampakkan sikap lembut, tidak mengkritik hal-hal yang tidak perlu untuk dikritik, memaafkan kesalahannya, dan memperbaikinya dengan kesabaran. Bila terpaksa harus bertindak tegas, beliau lakukan hal itu disertai dengan kelembutan dan kerelaan. Sikap tegas dan keras untuk mengobati keburukan dalam diri wanita, sedangkan kelembutan dan kasih sayang untuk mengobati kelemahan dalam dirinya.

Rasullullah SAW telah memperlihatkan teladan yang bisa diikuti oleh semua kaum lelaki dalam mengurus rumah tangganya. Beliau tidak mengandalkan istri dalam mengerjakan sesuatu. Banyak pekerjaan yang dilakukan dengan tangannya sendiri, seperti menjahit pakaian, memerah susu kambing, pergi ke pasar, dan lain-lain.

Rasulullah adalah suami yang baik. Selain memberi kasih sayang dan cinta kepada istri-istrinya, Rasulullah selalu memberikan keteladanan kepada istri-istrinya. Karena baginya, menjadi suami bukanlah sebagai pelengkap dari sebuah rumah tangga, tetapi juga sebagai pendakwah sekaligus pemimpin yang bisa membawa menuju ridha Allah.

Selain itu, Rasulullah juga sering meluangkan waktu untuk bercanda dan bersenda gurau dengan istri-istrinya. Dalam satu riwayat, beliau pernah lomba lari dengan Aisyah. Kadang beliau berpura-pura kalah, dan kadang suatu waktu beliau juga menang. Dan, beliau adalah suami yang paling lembut terhadap istri-istrinya. Sabdanya, “Mukmin yang paling sempurna adalah Mukmin yang paling baik akhlaknya dan paling lembut terhadap keluarganya”. Sehingga Rasulullah sangat membenci suami yang memukul istrinya.

Sabdanya pula, “Tidakkah seseorang dari kamu merasa malu untuk memukul istrinya sebagaimana dia memukul hambanya? Di waktu pagi istrinya dipukul kemudian di waktu malam ditidurinya pula

Rabu, 16 Juli 2008

Rahasia Hati

Ketika Tuhan akan menyimpan sebuah rahasia untuk manusia, para Malaikat mengusulkan untuk menyimpannya di puncak gunung, di dasar laut, atau di manapun
yang sulit dijangkau. Namun Tuhan berkata tidak. Akhirnya ditentukan, bahwa tempat yang rahasia paling rahasia adalah di: Hati.
Di sekeping daging merah inilah manusia menyimpan rahasia ruang dan waktu sepenggal hidupnya.

Manusia bisa tersenyum di saat hatinya luka.
Menangis di saat hati sedang berbunga.
Orang yang berkelana diberi kata hati-hati.
Orang yang tidak pernah mau mendengar diberi nama manusia yang berhati batu.
Manusia yang degil adalah manusia yang tak punya hati.
Sedang yang paling beruntung adalah manusia yang mempunyai kebersihan hati dan
kebeningan ini terpancar hingga ke aura wajah yang meneduhkan, di mana manusia
lain merasa damai kala di dekatnya, di mana orang-orang ingat Tuhan dengan
melihat wajahnya.

Pernahkah pada sebuah keheningan malam, kita mencoba menyelam ke dasar hati,
menyelam sedalam-dalamnya? Apakah kita menemukan sesuatu yang mirip dengan duri
atau menemukan ada sebuah penjara di sana?

Terkadang kita terluka oleh sebuah perlakuan orang yang membuat kita jatuh. Dan
kita membiarkan sakit hati ini terus bersemayam, di mana kita tidak merasa
nyaman setiap kali kita bertemu dengan orang tersebut. Ketika kita melihat
orang itu tertawa dan gembira, kita malah merasa iri dan berharap semoga dia
segera mendapatkan hal yang buruk. Dan ketika hal itu benar-benar terjadi, kita
malah mensyukurinya. Ya, akuilah dengan jujur, kita pernah merasakan dan ini
sangat manusiawi. Ibarat perang dingin, inilah yang disebut sebagai dendam
terselubung. Memang waktu akan menyembuhkan, tapi berapa lama?

Ada pemuda mencintai seorang gadis. Ia benar-benar serius dengan perasaan ini.
Ketika ia mengutarakan, ternyata telah ada pemuda yang telah mendahuluinya. Dan
akhirnya ia membiarkan gadis itu dipinang oleh pemuda lain. Apakah urusan ini
selesai? Sayang, ternyata tidak. Si pemuda masih menyimpan cinta pada wanita
yang kini telah menjadi istri orang lain. Malah ia berharap, si wanita segera
menjadi janda agar ia bisa memilikinya. Ini sering terjadi. Dan inilah yang
dinamakan sebuah penjara. Bila harapan si pemuda tidak terjadi, mungkin waktu
juga yang akan menyembuhkan. Tapi, sampai berapa lama?

Di saat kita jatuh atau terluka karena orang lain, terkadang susah bagi kita
untuk mendamaikan hati. Jika pikiran kita bisa menerima dengan hitung-hitungan
akal, maka hati tidak bisa dikalkulasi. Si lemah hati akan membiarkan hatinya
terus terpuruk. Si gelap hati akan mendendam rasa dan tidak pernah memaafkan..
Sedang yang beruntung adalah ketika ia diberi cobaan, ia ridha, ikhlas, dan ia
segera berusaha untuk sabar dan merelakan segala sesuatu yang memang tidak
seharusnya menjadi miliknya. Lebih jauh, ia tetap masih bisa mensyukuri, bahwa
apa pun yang tidak berpihak kepadanya adalah jalan yang terbaik saat itu.
Karena boleh jadi, apa yang menurut kita baik ternyata buruk, dan sebaliknya.
Yang Maha Merencanakan mengetahui, sedang kita tidak.

Hati adalah kita yang memilikinya. Ia ada di dalam dada ini dan di dalam hati
ini jua nurani kita tersimpan.
Namun kita sering melakukan perbuatan yang kita sendiri tahu itu salah. Kita
ingkari nurani.
Hari ini kita senang terhadap sesuatu, boleh jadi esok kita akan sangat
menyesal karena kemarin kenapa kita menyukainya.
Maha Besar Tuhan yang berkuasa membolak-balikkan hati kita.

Kamis, 10 Juli 2008

Mengenal Allah

Pendahuluan.

Untuk mendekat pada Allah SWT., pertama-tama kita harus mengenal berbagai ciptaan-NYA, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh para Nabi - Rasul dan para Wali sebelum kita. Matahari, Bulan, Bintang, dll. bukanlah Tuhan karena mereka terbit dan tenggelam beberapa waktu kemudian, kalau begitu siapakah Tuhan itu dan berada dimanakah ????

Berdasarkan al-Qur'an, Allah mempunyai Asmaul Husna, 99 Nama - Sifat Allah yang Indah dan Agung, Allah itu Gaib, Dia adalah Tuhan Allah Yang Maha Esa, Tuhan Allah tempat meminta, Dia tidak beranak dan tidak dilahirkan sebagai anak, dan tiada sesuatupun yang ada persamaannya dengan Dia. ( QS. Al A'raaf : 180, QS. Al Ikhlas : 1-4 ).

Allah memancarkan Cahaya-NYA menyinari Jagat Raya ini beserta segenap isinya, sebagaimana QS. An-Nur : 35, dan berbagai Cahaya-cahaya NYA melalui pelbagai Ciptaan-NYA. Dalam diri setiap manusia Allah menciptakan suatu mekanisme, yang bisa digunakan oleh setiap manusia untuk mengetahui keberadaan-NYA, untuk mendapatkan kekuatan-NYA, antara lain : Roh, Bathin, Nurani, Nur Ilahi, Nur Muhammad, dll.

Dengan membangkitkan berbagai sarana tersembunyi tersebut, maka munculah jalan untuk mendekat dan mengetahui keberadaan Allah Sang Pencipta.... " Lalu disempurnakan-NYA kejadiannya, ditiupkan-NYA ruh ciptaan-NYA kepada tubuhnya ( Manusia ), dan diperlengkapi -NYA kamu dengan pendengaran penglihatan dan pemikiran....." ( QS. As-Sajdah : 9 ) " Diangkatnya ( Manusia ) sebagai Khalifah dimuka bumi ini, Diberi-NYA Pengetahuan dan di tundukkan semua mahluk sujud kepadanya, kecuali Iblis....." ( QS. Al-Baqarah : 30-34 )


METODE :

Nabi dan Rosul

Terapi NurSyifa' mengaktifkan Nur Ilahi.

Dengan di terapi di Terapi NurSyifa', dengan dialirkannya Energy Sinar Penyembuh oleh Terapis di NurSyifa', pertama-tama energy *Nur Ilahi dalam diri orang itu akan dibangkitkan. Nur Ilahi = Adalah bagian dari Ruh Allah yang ditiupkan masuk kedalam diri manusia, sewaktu proses penciptaan manusia ( Qs.: As-Sajjdah : 9 ).

Bangkitnya energy Nur Ilahi bisa dirasakan oleh setiap orang dengan bergerak-geraknya anggota tubuh orang itu. Tentu saja orang itu harus melakukan proses Riyadoh ( latihan spiritual untuk mendekat pada Allah ) dengan berdzikir yang ditetapkan di NurSyifa'. ( Istighfar, Laailaahailallah, membaca surat al-Fatihah ). Kemudian untuk lebih mendekat lagi pada Allah dengan melaksanakan sholat Fardhu dan melaksanakan sholat malam ( Sholat Tahajud dan sholat sunnah lainnya ) secara istiqomah ( terus menerus dan konsisten ).

Setelah melalui proses Pembersihan Diri ( Takhali : membuang sifat-sifat jahat, nafsu hewani dan hawa kegelapan, dll. ), maka dengan melalui Terapi Buka Aura Pesona Nur Ilahi, di isilah diri orang itu dengan sifat-sifat Allah berupa Nur Asmaul Husma, 99 Sifat Allah ( Tahali ). Akhirnya dengan proses Tajali, orang tersebut diajak untuk selalu dekat dengan Tuhannya dengan berbagai metode. Selanjutnya orang itu akan diberi bimbingan cara memanfaatkan kemampuan dan potensi tersembunyi-nya itu ( Nur Ilahi ) dengan memohon Perlindungan dan Pertolongan Allah SWT., untuk memanfaatkan berbagai kekuatan dan kemampuan-NYA, dengan berfungsi sebagai sarana-NYA.

Setelah bisa menguasai berbagai kemampuan Nur Ilahi, maka tingkat spiritualnya ( Maqom-nya, derajat keimanannya dimata Allah ) ditingkatkan lagi dengan mengaplikasikan berbagai kekuatan - energy dari berbagai Ciptaan-NYA.

Energy - Berbagai Nur dari Ciptaan Allah Sang Pencipta.

Orang itu harus mencari berbagai Ciptaan dan Sifat-sifat Allah yang memancarkan energy atau Nur dan kemudian menyerapnya untuk meningkatkan Iman, Taqwa dan mendapatkan berbagai sifat-sifat, kekuatan dan kemampuan-NYA, dll. caranya antara lain dengan melakukan Tajali :

  1. Bertafakur menganalisa Peri Kehidupan kita dari masa lampau hingga sekarang, memperbaiikinya untuk menyempurnakan kehidupan dimasa yang akan datang. Menyusun Rencana-rencana Kehidupan dimasa depan secara bertahap dengan kekuatan doa dan dzikir, agar sesuai dengan rencana Tuhan Sang Pencipta terhadap kita dan umat manusia. Berusaha mendekat kepada-NYA dengan mengenal sifat-sifat-NYA melalui Asmaul Husna, dan berusaha mengisi dengan sifat-sifat yang baik dan agung-NYA itu kedalam diri kita. (Tahali-Pengisian Nur Asmaul Husna.)

  2. Meningkatkan, Ibadah, Iman Taqwa kita kepada Allah SWT dengan melakukan berbagai cara antara lain : Berdzikir bersama, mengikuti Ratiban NurSyifa' bersama, Pembangkitan Kekuatan Ilahiyah dalam diri, Tirakatan di Puncak Gunung ( Tirakatan Wisata ). Dengan beratapkan bintang kemintang, dengan beralaskan gunung yang tinggi, diantara pohon-pohon teh yang menghijau, kita mengagumi berbagai ciptaan-NYA yang Indah dan Agung dengan berdzikir kehadirat-NYA. Tujuannya agar lebih khusuk dalam menyerap energy Alam Semesta yang akan memberi kita inspirasi dan pengetahuan dari langit, agar bisa menjalani kehidupan ini dengan lebih baik, sukses, tenteram dan bahagia.

  3. Menyerap energy Nur Syamsi, energy dari Cahaya Matahari, untuk membangkitkan-mendapatkan penglihatan gaib, sehingga kita bisa melihat energy di diri seseorang, melihat hawa kegelapan, mahluk jahat pendamping seseorang, dll. dan mengusir sisi gelap didiri kita keluar dan jangan kembali.

  4. Menyerap energy Nur Bahari ( Gelombang Lautan ), Nur Najm ( Bintang Kemintang ), dll. Energy Dari Ciptaan Allah SWT.

Begitu banyak Ciptaan-NYA yang memancarkan energy yang bisa didapatkan untuk meningkatkan diri kita agar semakin dekat kepada-NYA dan tentu saja semakin banyak kekuatan dan kemampuan tersembunyi yang bisa kita aktifkan, kita dapatkan dan manfaatkan.......

Membangkitkan Kemampuan dan Potensi yang Tersembunyi.

Sebagaimana telah di sampaikan sebelumnya, dalam diri setiap manusia telah tersedia mekanisme yang bisa diaktifkan - dibangkitkan agar bisa memanfaatkan kekuatan dari Allah Sang Pencipta. Energy Nur Ilahi, Nurani dan Nur Muhammad dalam diri kita diaktifkan dan akan dibimbing cara menyatukan energy-energy tersebut agar bermanfaat dan meningkatkan kekuatan spirirtual kita secara signifikan. Pada akhirnya berbagai kemampuan yang tersembunyi akan diaktifkan dan disatukan sehingga mencapai Penyatuan Berbagai Kemampuan ( dari sisi Allah SWT ).

Route Menuju Allah.

Dengan berhasilnya menyatukan berbagai kemampuan, maka jalan menuju ke Allah semakin dekat, route berikutnya adalah menggabungkan diri kita dengan energy Nur Asmaul Husna. Pada hakikatnya, setelah berhasil mendapatkan Nur Asmaul Husna ini maka kita akan mencapai kondisi tanpa batas, dimana hanya Allah-lah yang tahu batasnya. Tingkat tertinggi dari ini semua adalah puncaknya yaitu bersatunya dengan Nur Allah ( QS. An-Nur : 35 ) dan menjadi Insan Kamil, sesempurnanya manusia dimata Allah. ( Wihdlatusy Syuhud, Wihdlatul Wujud ). Pada tingkat ini kita sudah menjadi Kekasih Allah, karena kedekatan kita kepada-NYA, maka jenjang berikutnya adalah menjadi Wali - NYA........

Insya Allah.

Wallahu a'lam....